Kamis, 08 Maret 2012

kimia LARUTAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Di dalam pembahasan makalah ini, kami akan membahas tentang berbagai macam larutan. Secara sederhana konteks larutan ini banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari misalnya ketika kita sedang membuat campuran antara air, gula, dan susu dan masih banyak lagi penerapan-penerapan sifat larutan dalam kehidupan kita. Oleh karena itu kita perlu memahami secara lebih dalam lagi mulai dari pengertian larutan itu sendiri, macam-macam larutan Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, Berdasarkan daya hantar listriknya (daya ionisasinya), bagaimana reaksi dalam larutan dan sifat-sifat dari larutan.
B.     Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang Lingkup Pembahasan dalam makalah ini adalah:
a.       Macam-macam Larutan
b.      Reaksi dalam Larutan
c.       Sifat Koligatif Larutan Kimia
d.      Aplikasi Sifat Koligatif Larutan Dalam Kehidupan Sehari-hari

C.    Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk lebih memperdalam lagi pengetahuan tentang pengertian dari larutan, serta bagaimana konteks penerapannya dalam kehidupan sehari-hari serta juga untuk memperluas ilmu pengetahuan kita. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang seluas-luasnya.


BAB  II

PEMBAHASAN
Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama), serba sama (ukuran partikelnya), tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat terlarut (tidak dapat dibedakan secara langsung antara zat pelarut dengan zat terlarut), partikel- partikel penyusunnya berukuran sama (baik ion, atom, maupun molekul) dari dua zat atau lebih.
Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam cairan, seperti garam atau gula dilarutkan dalam air. Gas juga dapat pula dilarutkan dalam cairan, misalnya karbon dioksida atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan lain, sementara gas larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi (campuran logam) dan mineral tertentu.
Dalam larutan zat pelarut disebut juga” SOLVENT”, sedangkan zat terlarut disebut “SOLUTE”
Jadi, , larutan = zat pelarut (solvent) + zat terlarut (solute).
A.    Macam-macam larutan
Larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut).
b) Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
c) Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).


Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a) Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute dibanding solvent.
b) Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding solvent.
Berdasarkan daya hantar listriknya (daya ionisasinya), larutan dibedakan dalam dua macam, yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.
Larutan ini dibedakan atas :
1. ELEKTROLIT KUAT
Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang kuat, karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah menjadi ion-ion (alpha = 1).
Yang tergolong elektrolit kuat adalah:
a. Asam-asam kuat, seperti : HCl, HCl03, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.
b. Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.
c. Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dan lain-lain
2. ELEKTROLIT LEMAH
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga derajat ionisasi sebesar:
O <>Yang tergolong elektrolit lemah:
a. Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain
b. Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain
c. Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain


Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena zat terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak mengion).
Tergolong ke dalam jenis ini misalnya:
- Larutan urea
- Larutan sukrosa
- Larutan glukosa
- Larutan alkohol dan lain-lain
B.     Reaksi dalam larutan
Ada 2 reaksi dalam larutan, yaitu:
a) Eksoterm, yaitu proses melepaskan panas dari sistem ke lingkungan, temperatur dari campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan turun.
b) Endoterm, yaitu menyerap panas dari lingkungan ke sistem, temperatur dari campuran reaksi akan turun dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan naik.
C.    Sifat Koligatif Larutan Kimia
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang ditentukan oleh jumlah molekul atau ion yang terdapat di dalam larutan. Sifat ini tidak ditentukan oleh jenis zat yang terlarut, atau ukuran zat tersebut. Jadi dua hal yang mempengaruhi sifat koligatif yaitu banyaknya zat terlarut di dalam larutan dan jenis pelarut apa yang digunakan untuk melarutkan zat tersebut.
Nah, sifat koligatif larutan ada 4 yakni :
1. Penurunan tekanan uap jenuh
Tekanan uap jenuh adalah tekanan pada suhu tertentu akibat tekanan uap suatu larutan. Untuk mempermudah pemahaman tentang pengertian tekanan uap jenuh kita anggap semua zat menguap pada setiap saat, artinya pada suhu berapapun zat (terutama zat cair) pasti akan menguap.


Contohnya :
Botol mineral yang sebagian isinya sudah kita minum, lalu kita diamkan, lama kelamaan dinding botol bagian atas akan ada titik embun, semula sedikit, semakin lama semakin rapat. Titik-titik uap yang mengembun di dinding botol akan mencapai kerapatan tertentu, sampai seolah-olah tidak ada lagi air yang menguap, padahal sebenarnya penguapan terus terjadi tetapi dibarengi dengan pengembunan. Keadaan inilah yang disebut sebagai keadaan uap jenuh. Jika tekanan akibat uap jenuh pada botol tersebut kita ukur dengan alat pengukur tekanan, maka angka hasil pengukuran itulah yang disebut sebagai tekanan uap jenuh.
Jika ke dalam botol mineral tadi kita larutkan gula atau garam atau sirup, kemudian kita tunggu sampai keadaan uap jenuh, lalu kita ukur tekanannya, maka hasil pengukuran akan menunjukkan angka yang lebih kecil dari tekanan uap jenuh air murni. Hal ini menunjukkan bahwa partikel zat terlarut akan menurunkan tekanan uap jenuh. Kenapa terjadi penurunan tekanan uap jenuh? Hal ini dikarenakan partikel-partikel pelarut murni yang akan menguap, terhalang oleh partikel-partikel zat terlarut, sehingga hanya sedikit partikel pelarut yang dapat menguap, sehingga tekanan yang dihasilkan juga sedikit.
2. Kenaikan titik didih
Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih atau suhu dimana terjadi perubahan wujud dari cair menjadi uap (gas). Pada suhu ini, tekanan uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Hal ini menyebabkan terjadinya penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair diukur pada tekanan 1 atm.
Contohnya  :
Apabila  kita merebus air dalam panci tertutup , maka air tersebut akan mendidih saat tekanan uap dalam panci mencapai 1 atm, oleh sebab itulah merebus air dalam keadaan tertutup lebih cepat mendidih dibanding dengan keadaan terbuka.
Jadi, kenaikan titik didih larutan merupakan fenomena meningkatkan titik didih suatu pelarut disebabkan adanya zat terlarut didalam pelarut tersebut. Ini berarti bahwa titik didih pelarut akan lebih kecil jika dibandingkan dengan titik larutan. Sebagai contoh titik didih air murni adalah 100 C.


3. Penurunan titik beku
Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan penurunan titik beku? Kita tahu bahwa air murni membeku pada suhu 0oC, dengan adanya zat terlarut misalnya saja kita tambahkan gula ke dalam air tersebut maka titik beku larutan ini tidak akan sama dengan 0oC, melainkan akan turun dibawah 0oC, inilah yang dimaksud sebagai “penurunan titik beku”.
Jadi larutan akan memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut murninya.
Contohnya :
Larutan garam dalam air akan memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut murninya yaitu air, atau larutan fenol dalam alcohol akan memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan dengan pelarut murninya yaitu alcohol. Mengapa hal ini terjadi ? akan lebih mudah apabila dijelaskan dari sudut pandang termodinamik sebagai berikut. Contoh, air murni pada suhu 0 C. pada suhu ini air berada pada kesetimbangan antara fasa cair dan fasa padat. Artinya, kecepatan air berubah wujud dari cair ke padat atau sebaliknya adalah sama, sehingga bisa dikatakan fasa cair dan fasa padat pada kondisi ini memiliki potensial kimia yang sama, atau dengan kata lain tingkat energy kedua fasa adalah sama.
Besarnya potensial kimia dipengaruhi oleh temperature, jadi pada suhu tertentu potensial kimia fasa padat atau fasa cair akan lebih rendah daripada yang lain, fasa yang memiliki potensial kimia yang lebih rendah secara energy lebih disukai, mislanya pada suhu 2 C fasa cair memiliki potensial kimia yang lebih rendah dibandingkn fasa padat sehingga suhu ini maka air cenderung berada pada fasa cair, sebalinya pada suhu -1 C fasa padat memiliki potensial kimia yang lebih rendah sehingga pada suhu ini air cenderung berada pada fasa padat. Apabila kedalam air murni kita larutkan garam dan kemudian suhunya kita turunkan sedikit demi sedikit, maka dengan berjalannya waktu pendinginan maka perlahan-perlahan sebagian larutan akan berubah menjadi fasa padat sehingga pada suhu tertentu akan berubah menjadi fasa padat secara keseluruhan . pada umumnya zat terlarut lebih suka berada pada fasa cair dibandingkan dengan fasa padat, akibatnya pada saat proses pendinginan berlangsung larutan akan mempertahankan fasanya dalam keadaan cair ,sebab secara energy larutan lebih suka berada pada fasa cair dibandingkan dengan fasa padat, hal ini menyebabkan potensial kimia pelarut dalam fasa cair akan lebih rendah (turun) sedangkan potensial kimia pelarut dalam fasa padat tidak terpengaruh. Maka akan lebih banyak energy yang deperlukan untuk mengubah larutan menjadi fasa padat karena titik bekunya menjadi lebih rendah dibandingkan dengan pelarut murninya. Inilah sebab mengapa adanya zat terlarut akan menurunkan titik beku larutannya.


4. Tekanan osmotik

Osmosis adalah peristiwa mengalirnya molekulmolekul pelarut ke dalam larutan secara spontan melalui selaput semipermeabel, atau peristiwa mengalirnya molekul-molekul zat pelarut dari larutan yang lebih encer ke larutan yang lebih pekat.

Membran semipermeabel adalah (membran yang hanya bisa dilewati oleh molekul-molekul pelarut, dan tidak bisa dilewati oleh zat terlarut)
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut di bawah ini.
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Rima_Nurmalasari_060505/tekanan_osmosis/osmosis2.jpg
Sebuah tabung U bagian tengahnya dibatasi dengan membran semipermiabel. Sebelah kiri diisi oleh larutan garam (gambar bulatan biru untuk molekul terlarut) dan sebelah kanan diisi dengan air (bulatan hijau untuk molekul air).
Molekul-molekul air dari kaki sebelah kanan  akan mengalir ke bagian larutan yang ada di sebelah kiri melalui membrane semipermiabel, peristiwa inilah yang disebut sebagai osmosis. Pada keadaan nyata, molekul-molekul air dari larutan juga mengalir menuju bagian kanan akan tetapi kecepatannya lebih kecil jika dibandingkan dengan kecepatan mengalirnya molekul air menuju bagian larutan. Sampai akhirnya pada kesetimbangan maka kedua kaki pada tabung U akan menunjukkan perbedaan ketinggian tertentu. (lihat gambar).
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Rima_Nurmalasari_060505/tekanan_osmosis/osmosis3.png
Perbedaan ketinggian tersebut tentu saja akan menimbulkan adanya perbedaan tekanan. Tekanan inilah yang disebut sebagai tekanan osmosis
Jadi, Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses osmosis).
·         Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari yang lain
 disebut larutan
 Hipotonis.
·          Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih tinggi dari yang lain
 disebut larutan
 Hipertonis.
·         Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut larutan Isotonis

Reverse osmosis/osmosis balik

Bila tekanan yang diaplikasikan terhadap larutan adalah melebihi tekanan osmotiknya maka yang terjadi adalah molekul air akan mengalir melewati membrane semipermbel menuju ke air (pelarut) . osmosis balik banyak digunakan untuk membuat air minum dari air laut dan mengurangi kesadahan air minum.

D.    Aplikasi sifat koligatif larutan dalam kehidupan sehari-hari

ü  System infuse, cairan infuse harus isotonik dengan darah
ü  Pencairan salju yang menghalangi jalan pada musim salju, dengan cara menaburkan garam
ü  Pembuatan es krim campuran, es tidak membeku karena penurunan titik beku
ü  Pencegahan pembekuan air radiator mobil pada saat musim dingin di daerah Eropa


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
A.    Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama), serba sama (ukuran partikelnya), tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat terlarut (tidak dapat dibedakan secara langsung antara zat pelarut dengan zat terlarut), partikel- partikel penyusunnya berukuran sama (baik ion, atom, maupun molekul) dari dua zat atau lebih.
larutan = zat pelarut (solvent) + zat terlarut (solute).
B.     Macam-macam larutan :
1.      Larutan tak jenuh
2.      Larutan jenuh
3.      Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh)

C.     Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, yaitu:
a.       Larutan pekat
b.      Larutan encer

D.    Berdasarkan daya hantar listriknya, yaitu:
1.      Larutan elektrolit
2.      Larutan non elektrolit

E.     Reaksi dalam larutan
1.      Eksoterm
2.      Endoterm

F.      Sifat Koligatif Larutan Kimia

a.        Penurunan tekanan uap jenuh
b.       Kenaikan titik didih
c.          Penurunan titik beku
d.         Tekanan osmotik


MAKALAH PENYAKIT DIARE


BAB I
PENDAHULUAN
Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, dan masih banyak faktor penyebab munculnya penyakit diare tersebut.
Kebersihan lingkungan merupakan suatu yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan pada umumnya. Banyaknya penyakit-penyakit lingkungan yang menyerang masyarakat karena kurang bersihnya lingkungan disekitar ataupun kebiasaan yang buruk yang mencemari lingkungan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan penyakit yang dibawa oleh kotoran yang ada di lingkungan bebas tersebut baik secara langsung ataupun tidak langsung yaitu melalui perantara. Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang telah dikenal sejak jaman Hippocrates. Sampai saat ini, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama masyarakat Indonesia
Diare merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dan dapat menimbulkan letusan kejadian luar biasa (KLB). Penyebab utama kematian pada diare adalah dehidrasi yaitu sebagai akibat hilangnya cairan dan garam elektrolit pada tinja diare (Depkes RI, 1998).  Keadaan dehidrasi kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal.
Tentang penatalaksanaan dan pencegahan diare, peran orang tua yang paling penting. Tingkat pengetahuan orang tua tentang diare pada balita sangat berpengaruh terhadap penatalaksanan dan pencegahan terhadap diare itu sendiri. Pengetahuan orang tua dengan kejadian diare pada balita dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti media masa, penyuluhan yang dilakukan tim kesehatan, lingkungan maupun dari berbagai sumber lainnya. Selama ini persepsi yang sering muncul di masyarakat tentang diare adalah karena proses pembuangan zat-zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh dan tidak memerlukan penanganan karena akan sembuh dengan sendirinya. Atau mungkin juga muncul persepsi jika balita tidak kunjung sembuh dari diare, maka orientasi ibu selalu menginginkan anaknya segera dapat buang air secara normal saran tanpa memperhitungkan akibat buruk dari obat diare yang tidak sesuai penggunaannya.


Begitu pula dengan penyebaran penyakit diare di Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang yang sering terjadi dikarenakan faktor perilaku manusia itu sendiri yang kurang memahami akan pentingnya hidup bersih dan sehat, juga dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar lingkungan fisik maupun rendahnya sikap dan perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat sehingga sangat dibutuhkan adanya suatu penelitian guna mengevaluasi tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam pencegahan diare dirumah.
 Oleh karena itu dengan mempelajari perilaku dari masyarakat ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam kehidupan kita sehari-hari akan pentingnya hidup bersih dan sehat dan segera melakukan tindakan pengobatan bagi masyarakat yang telah terinfeksi diare.


BAB II
PERMASALAHAN
A.     Diare di Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang

A.1 Latar Belakang
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 18-21 September 2007 di Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang yaitu dengan survey dan wawancara didapatkan hasil dari 15 keluarga diketahui bahwa 9 diantaranya masih kurang dalam pengetahuan tentang akibat dan cara penanganan penyakit diare, 7 orang kurang dalam sikap yaitu mereka membiarkan anak bermain di sungai dan tidak membiasakan anaknya untuk cuci tangan sebelum makan, juga 5 orang mempunyai perilaku yang kurang baik dalam pencegahan penyakit diare yaitu mencuci tangan tidak menggunakan sabun, tetapi hanya dilakukan sewaktu tangan tampak kotor. Dalam hal sanitasi  misalnya, berdasarkan hasil survey didapatkan masih banyaknya masyarakat yang membiarkan anaknya bermain di sungai, BAB disungai, mereka masih memanfaatkan “toilet terbuka” yang biasanya terletak di kebun, pinggir sungai, atau empang, dan membuang sampah di belakang rumah ataupun di lahan kosong belakang rumah. Dan data tentang kejadian diare di Kelurahan Ngumpul yang ada di Polindes yaitu sebanyak 137 kasus diare. Perilaku semacam itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor ekonomi karena untuk membuat septic tank diperlukan biaya. Tidak tersedianya septic tank umum dan layanan yang baik untuk penyedotannya. Buang air besar di area terbuka (sungai atau empang) telah menjadi kepraktisan dan dilakukan banyak orang di sekitarnya.
A.2  Definisi Operasional
1.      Pengetahuan keluarga tentang diare adalah pengetahuan salah satu anggota keluarga yang mempunyai anak usia sekolah di Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang yang meliputi : definisi, tanda dan gejala, akibat diare, cara penularan, prinsip pengobatan, cara pencegahan diare.


2.      Sikap keluarga dalam pencegahan diare adalah respon atau reaksi salah satu anggota keluarga dalam mencegah diare pada anak usia sekolah di Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang yang meliputi : datang ke tempat penyuluhan, memotong kuku setiap kuku panjang, kebiasaan untuk cuci tangan dengan sabun, menyiapkan makanan yang higienis, BAB di toilet, menjaga kebersihan baik perorangan ataupun untuk lingkungan dengan cara kerja bakti, membuang sampah pada tempatnya. Untuk mengkategorikan Sikap, menggunakan skala ordinal berdasarkan kategori baik, cukup, kurang.

3.      Perilaku keluarga dalam pencegahan diare adalah kegiatan atau aktivitas salah satu anggota keluarga dalam mencegah diare pada anak usia sekolah di Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang yang meliputi : yaitu menjaga kebersihan lingkungan, melakukan cuci tangan, menjaga kebersihan perorangan, menjaga sanitasi air agar tetap bersih, menjaga kehigienisan makanan, dan sebagainya. Untuk mengkategorikan perilaku, menggunakan skala ordinal berdasarkan kategori baik, cukup, kurang.


BAB III
PEMBAHASAN

A.     Pengertian diare
 Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari .

Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat relatif terhadap kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan (Soegijanto, 2002).

B.     Penyebab diare

Diare terjadi akibat adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding usus sehingga menimbulkan reflex mempercepat peristaltic usus, rangsangan ini dapat ditimbulkan oleh :

a.       Infeksi oleh bakteri pathogen, misalnya bakteri E.Colie
b.      Infeksi oleh kuman thypus (kadang-kadang) dan kolera
c.       Infeksi oleh virus, misalnya influenza perut dan ‘travellers diarre’
d.      Akibat dari penyakit cacing (cacing gelang, cacing pita)
e.       Keracunan makanan dan minuman
f.       Gangguan gizi
g.       Pengaruh enzyme tertentu
h.      Pengaruh saraf (terkejut, takut, dan lain sebagainya)


Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita, yaitu ( Depkes RI, 2007):

1.      Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.
2.      Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh kuman-kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang menggunakan botol tersebut beresiko terinfeksi diare.
3.      Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan berkembang biak.
4.      Menggunakan air minum yang tercemar.
5.      Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.
6.      Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidak berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Selain itu tinja binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.

Faktor perilaku penyebab diare di daerah Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang :

a.       masih kurang dalam pengetahuan tentang akibat dan cara penanganan penyakit diare,
b.      membiarkan anak bermain di sungai,
c.       tidak membiasakan anaknya untuk cuci tangan sebelum makan, 
d.      mencuci tangan tidak menggunakan sabun, tetapi hanya dilakukan sewaktu tangan tampak kotor,
e.       masih banyaknya masyarakat yang membiarkan anaknya bermain di sungai, BAB disungai, mereka masih memanfaatkan “toilet terbuka” yang biasanya terletak di kebun, pinggir sungai, atau empang, dan
f.       membuang sampah di belakang rumah ataupun di lahan kosong belakang rumah.


C.     Penularan Diare
Penularan penyakit diare adalah kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti :
1)      Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
2)      Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan, mainan, ataupun yang lain kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari.
3)      Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar.
4)      Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.
5)      Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.
D.     Gejala dan Akibat diare

Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat kelompok yaitu :
1)      Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya kurang dari tujuh hari),
2)      Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya,
3)      Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara terus menerus,
4)      Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
Diare akut dapat mengakibatkan:
(1)   kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia,
(2)   Gangguan sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah,
(3)   Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan muntah.

D.1  Gejala Diare
a.       bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu tubuhnya meninggi
b.      tinja bayi encer, berlendir, atau berdarah
c.       warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
d.      anusnya lecet
e.       gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang
f.       muntah sebelum atau sesudah diare
g.       hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
h.      dehidrasi (kekurangan cairan)
D.2 Akibat Diare
a) Dehidrasi
Dehidrasi akan menyebabkan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh. Gangguan ini dapat mengakibatkan kematian pada bayi. Kematian ini lebih disebabkan bayi atau anak kehabisan cairan tubuh. Hal ini disebabkan karena asupan cairan itu tidak seimbang dengan pengeluaran melalui muntah dan berak, meskipun berlangsung sedikit demi sedikit. Banyak orang menganggap bahwa pengeluaran cairan seperti ini adalah hal biasa dalam diare. Namun, akibatnya sungguh berbahaya. Presentase kehilangan cairan tidak harus banyak baru menyebabkan kematian. Kehilangan cairan tubuh sebanyak 10% saja sudah membayakan jiwa.
Dehidrasi dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan dehidrasi berat. Disebut dehidrasi rigan jika cairan tubuh yang hilang 5%. Jika cairan yang hilang sudah lebih 10% disebut dehidrasi berat. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang, denyut nadi dan jantung bertambah cepat tetapi melemah, tekanan darah merendah, penderita lemah, kesadaran menurun dan penderita sangat pucat.
b) Gangguan pertumbuhan
Gangguan ini terjadi karena asupan makanan terhenti sementara pengeluran zat gizi terus berjalan. Jika tidak ditangani dengan benar, diare akan menjadi kronis. Pada kondisi ini obat-obatan yang diberikan tidak serta merta dapat menyembuhkan diare. Ketidaktahuan orangtua, cara penanganan dokter yang tidak tepat, kurang gizi pada anak, dan perubahan makanan mendadak dapat menjadi faktor pencetus diare.
Pada orang dewasa, diare jarang menimbulkan kematian. Pada bayi atau anak-anak, dalam waktu singkat, diare akan menyebabkan kematian. Jika diare dapat disembuhkan tetapi sering terjadi lagi, akan menyebabkan berat badan anak terus merosot. Akibatnya, anak akan kekurangan gizi yang menghambat pertumbuhan fisik dan jaringan otaknya.
E.     pencegahan diare
Dalam pencegahan diare, beberapa upaya yang mudah dilakukan yaitu :
a.       Penyiapan makanan yang higienis seperti menjaga kebersihan dari makanan atau minuman yang kita makan, tutuplah makanan rapat rapat agar terhindar dari lalat dan kebersihan perabotan makan ataupun alat bermain si kecil.
b.      Penyediaan air minum yang bersih yaitu dengan cara merebus air minum hingga mendidih
c.       Sanitas air yang bersih
d.      Kebersihan perorangan
e.       Cucilah dengan sabun sebelum dan makan, mengolah makanan juga setelah buang air besar. Karena penularan kontak langsung dari tinja melalui tangan/ serangga, maka menjaga kebersihan dengan menjadikan kebiasaan mencuci tangan untuk seluruh anggota keluarga. Cucilah tangan sebelum makan dengan sabun atau menyediakan makanan untuk sikecil.
f.       Biasakan buang air besar pada tempatnya (WC, toilet, jamban)
g.       Tempat buang sampah yang memadai yaitu memisahkan sampah kering dengan yang basah
h.      Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan
i.        Lingkungan hidup yang sehat yaitu dengan cara menjaga kebersihan lingkungan sekitar
Sikap keluarga dalam pencegahan diare, antara lain yaitu :
-          menyediakan makanan yang higienis
-          mencuci tangan dengan sabun
-           menutup makanan
-          memasak air sampai mendidih
-          dll


F.      Pengobatan diare
Obat-obat yang diberikan untuk mengobati diare ini dapat berupa :
a.       Kemoterapi
b.      Obstipansia
c.       Spasmolitik
d.      Probiotik
Sebelum diberikan obat yang tepat mak pertolongan pertama pengobatan diare ialah mengatasi pengeluaran cairan atau elektrolit yang berlebihan (dehidrasi) terutama pada pasien bayi dan usia lanjut, karena dehidrasi dapat mengakibatkan kematian. Gejala dehidrasi :
-          Haus
-          Mulut dan bibir kering
-          Kulit menjadi keriput (kehilangan turgor)
-          Berkurangnya air kemih
-          Berat badan menurun dan
-          gelisah
pertolongan yang pertama dilakukan adalah pemberian oralit yaitu campuran dari :
-          NaCl                3,5 gram
-          KCl                  1,5 gram
-          NaHCO3              2,5 gram
-          Glukosa           20 gram
Atau dengan memberikan larutan infuse secara intra vena antara lain :
·         Larutan NaCl 0,9 % (normal saline)
·         Larutan Na. laktat majemuk (ringer laktat)
Setelah itu dapat diberikan obat-obatan lain yang dipilih berdasarkan jenis penyebab diare melalui pemeriksaan yang teliti.
1)      Kemoterapi
Untuk terapi kausal yang memusnahkan bakteri penyebab penyakit digunakan obat golongan sulfonamide tau antibiotic
2)      Obstipansia
Untuk terapi simptomatis dengan tujuan untuk menghentikan diare, yaitu dengan cara :
·         Menekan peristaltic usus (loperamid)
·         Menciutkan selaput usus atau adstringen (tannin)
·         Pemberian adsorben untuk menyerap racun ayng dihasilkan bakteri atau racun penyebab diare yang lain (carbo adsorben, kaolin)
·         Pemberian mucilage untuk melindungi selaput lender usus yang luka

3)      Spasmolitik
Zat yang dapat melemaskan kejang-kejang otot perut (nyeri perut) pada diare (atropin sulfat)
4)      Probiotik untuk meningkatkan daya tahan tubuh
Lactobacillus dan bifidobacteria (disebut Lactid Acid Bacteria / LAB) merupakan probiotik yang dapat menghasilkan antibiotic alami yang dapat mencegah / menghambat pertumbuhan bakteri pathogen. LAB dpat menghasilkan asam laktat yang mneybabkan pH usus menjadi asam, suasana asam akan menghambat pertumbuhan bakteri pathogen. LAB ini dapat membantu memperkuat dan memperbaiki pencernaan bayi, mencegah diare.





BAB IV
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari .

Faktor perilaku penyebab diare di daerah Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang :

a.       masih kurang dalam pengetahuan tentang akibat dan cara penanganan penyakit diare,
b.      membiarkan anak bermain di sungai,
c.       tidak membiasakan anaknya untuk cuci tangan sebelum makan, 
d.      mencuci tangan tidak menggunakan sabun, tetapi hanya dilakukan sewaktu tangan tampak kotor,
e.       masih banyaknya masyarakat yang membiarkan anaknya bermain di sungai, BAB disungai, mereka masih memanfaatkan “toilet terbuka” yang biasanya terletak di kebun, pinggir sungai, atau empang, dan
f.       membuang sampah di belakang rumah ataupun di lahan kosong belakang rumah.